Menurut Jozee Lapierre
(2000:124), dewasa ini persaingan industri semakin menghebat, dimana hampir
seluruh sumberdaya dapat diakses oleh siapapun, sehingga pembajakan dan imitasi
dapat dengan cepat dilakukan oleh para pesaing, maka keunggulan bersaing
tinggal terdapat pada manusia yang ada
di perusahaan, dan nilai sumberdaya ini terletak pada kemampuan inovasi dan
kreasi untuk menciptakan setinggi mungkin nilai (value).
Apabila karyawan diberikan
suatu motivasional yang sesuai dengan kebutuhannya dan mereka puas maka mereka
akan cenderung mempunyai komitmen organisasional yang tinggi.
Dalam era dimana organisasi
dituntut untuk mampu melakukan berbagai perubahan dengan cepat, maka pegawai
yang memiliki komitmen tinggi dalam organisasi menjadi sumberdaya bagi
organisasi yang tidak ternilai harganya, sebagai fasilitator dalam melakukan
adaptasi secara cepat atas perubahan kondisi tersebut.
Dalam beberapa
penelitian, ditemukan bahwa karyawan lebih berkomitmen pada pilihan-pilihan dimana
mereka mempunyai bagian dari penetapan tujuan, ketimbang mereka ditugasi tujuan
itu secara sembarang oleh atasan mereka.
Dilihat dari komponennya,
menurut Meyer dan Allen dalam Luthans (2002:237) komitmen dapat dibagi menjadi
tiga dimensi sebagai berikut :
- Affective
commitment, involves the employee’s emotional attachment to,
- Identification
with, and involvement in the organization.
- Continuance commitment, involves commitment based on
the costs that the employees associates with leaving organization. This
may be because of the loss of seniority for promotion or benefits.
§ Normative commitment,involves imployees’ feelings of
obligation to stay with the organization
of organization because they should; it is the right thing to do.
Komitmen afektif (affective commitment), yaitu
komitmen karyawan yang didasari oleh perasaan (emotional) untuk
mengidentifikasikan diri dengan keterlibatannya di dalam organisasi.
Komitmen kontinuen (continuance commitment),
yaitu komitmen karyawan didasari oleh jaminan pekerjaan berkaitan dengan
keluarnya karyawan dari organisasi/perusahaan. Komitmen normatif (normative
commitment), yaitu komitmen pelibatan perasaan karyawan terhadap
norma-norma organisasi yang mengisyaratkan untuk tetap tinggal didalam
organisasi/perusahaan atas dasar
kewajiban bahwa hal terbaik itulah yang harus mereka kerjakan .
Definisi komitmen dari beberapa
pakar :
Menurut Robbins(2001:69) :
“Which is defined as a state in which an employee
identities with a particular organization and its goals, and wishes to maintain membership in the organization”.
“Yaitu tingkatan dimana seorang pekerja
mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan tujuan-tujuannya dan
berkeinginan untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi”.
Robbins
(2001:167):
“ If people partisipate in goal setting they are more
likely to accept even a difficult goal
then if they are arbitrarily assigned it by their boss. The reason is
that individuals are more commited to choises in which they have a part “.
“ Apabila karyawan turut
berpartisipasi dalam penentuan tujuan, mereka sepertinya akan lebih menerima
walaupun tujuannya sesulit apapun, kemudian apabila mereka diserahi tugas
sewenang-wenang oleh pimpinan mereka. Alasannya adalah bahwa para karyawan
lebih berkomitmen untuk memilih sendiri sesuai bidang pekerjaannya”.
Caruana (1998:109): Komitmen adalah ikatan emosional untuk
selalu memihak kepada organisasinya, serta kemudian berupaya mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
Gary Dressler (1999:293):Komitmen adalah jalan dua
arah yaitu karyawan setia kepada
perusahaan yang setia kepada mereka; dan
beberapa hal mengekspresikan komitmen seorang karyawan seperti tujuan
dari pekerjaan seumur hidup.
Sharma (2000:470): Dari prespektif loyalitas karyawan,
berpendapat bahwa komitmen adalah pembentukan lebih lanjut dari loyalitas
pegawai yang mengarah kepada suatu kesamaan nilai-nilai yang ada dalam
perusahaan dengan hasil yang dipercayainya .
Jacobsen (2000:187): Jacobsen
menyatakan bahwa komitmen
adalah sesuatu yang menyebabkan orang mampu untuk tetap bertahan bekerja
didalam suatu perusahaan, dan hal tersebut dilakukan dengan ketulusan dan senang hati.
Hasil penelitian Jacobsen menunjukkan bahwa semakin
besar (kompleks) dan kaya suatu pekerjaan
yang dibebankan kepada seorang pegawai, akan berakibat kepada semakin
tingginya partisipasi dan komitmen seseorang terhadap pekerjaannya.
Suliman (2000:73): Menyimpulkan bahwa tingkat atau
derajat konsumen dari seseorang karyawan kepada organisasinya berkaitan dengan
sikap serta perilaku karyawan yang bersangkutan di tempat kerja.
Michael Armstrong : Dalam The Art of HRD ”Managing People“ edisi bahasa Indonesia (2003:34),
komitmen adalah kecintaan dan kesetiaan. Terdiri dari 3 komponen:
·
Penyatuan dengan tujuan dan nilai-nilai perusahaan;
·
Keinginan untuk tetap
bersama/berada dalam organisasi;
·
Kesediaan untuk bekerja
keras atas nama organisasi.
Kesimpulan :
“ Komitmen adalah
kecintaan dan kesetiaan, suatu konsep pembentukan lebih lanjut dari loyalitas
karyawan, merupakan ikatan emosional yang sangat kuat dan erat dari
individu-individu dalam mengidentikan secara aktif peran mereka untuk selalu
memihak terhadap tujuan dan nilai dari suatu organisasi serta berupaya mencapai
tujuan-tujuan organisasi yang mengarah kepada suatu kesamaan nilai-nilai yang
ada terhadap hasil yang dipercayainya, yang dinamis dan menjadi prasyarat bagi
terbentuknya kredibilitas dari suatu organisasi, yang tanpanya organisasi akan
kehilangan reputasinya. ”
Tom Peters dalam Mc.
Armstrong (2003:35), menambahkan pentingnya strategi komitmen ini. Tom Peters
menulis bersama Austin Nancy Austin, sebagai berikut :
1.
Percayailah karyawan anda dan perlakukan mereka sebagai
orang dewasa;
2.
Doronglah minat mereka dengan kepemimpinan yang hidup
penuh daya imajinasi;
3.
Kembangkanlah dan tunjukanlah sebuah obsesi dan mutu; dan
4. Buatlah agar mereka merasa seolah-olah memiliki usaha
sendiri sehingga karyawan anda akan
memiliki komitmen total.
Langkah-langkah
meningkatkan komitmen menurut Michael Armstrong (2003), adalah sebagai berikut
:
(1)
Libatkan karyawan dalam mendiskusikan tujuan dan
nilai-nilai organisasi.
(2)
Berbicaralah
kepada para karyawan anggota tim
secara informal dan formal mengenai apa yang sedang terjadi didalam
departemen/divisi, dan rencanakanlah masa depan yang akan mempengaruhi mereka.
(3)
Libatkanlah para anggota tim dalam menetapkan harapan
bersama sehingga mereka merasa “memiliki” dan melaksanakan tujuan-tujuan
tersebut.
(4)
Ambilah
langkah apa saja
untuk meningkatkan kualitas kerja dalam departemen atau tim anda –
tempat kerja mereka, cara mereka melakukan pekerjaan, gaya manajemen anda serta
lingkup partisipasi mereka.
(5)
Jangan memberikan janji-janji untuk memberi “kerja seumur
hidup” .
(6)
Akhirnya, ketika menyampaikan pesan apapun kepada
karyawan, anda harus menjadi orang yang bisa dipercaya.
Sumber :
Armstrong, Michael, 2003, Strategic HRM, A Guide To Action, Kogan Page Ltd
120 Pentonville Road, London, alih bahasa Ati Cahayati, PT Bhuana Ilmu populer,
Jakarta, h.34.
Caruana,
Albert, 1998, The Effect of Internal
Marketing On Organizational Comitment
Among Ritail Bank Managers, International Journal of Bank Marketing, 16/3, h.109.
Dressler,Garry,2004.” Human Resource
Managemental”;
PT.
Prenhallindo, Alih Bahasa
Benyamin Molan , Ed. 7, Jilid I, Jakarta, p.2.
Jacobsen, Dag
Ingvar,2000, Managing Increased Part –
Time Work Does Part Time Work Imply Part – Time Commitment ?, “Managing Service Quality”, Vol.10, No.3, pp.187.
Lapierre,
Jozee, 2000, Industrial competitive: Customer-Perceived
Value in Industrial Contexts,
Journal of Business and Industrial Marketing, Vol.15, No.2/3, Hal.124.
Litwin, G H and Stringer, R A,1968, “Motivation and Organizational Climate”,
Harvard University Press, Boston, MA, dalam Mc Armstrong,
2003, h.228.
Long, Mary,
L, 2000, Consumption Values and Relationship” Segmenting The Market for Frequency Programs”, Journal of Cunsumer
Marketing, Vol 17, International Journal of Service Industry Management, Vol 3, No.3, h.18.
Luthans, F, 2003, Organizational Behavior , 9
th ed., McGraw-Hill Higher Education, A Division
of the McGraw- Hill Companies, pp.43 – 47.
Robbins,
Stephen P.,1990, Organization Theory: Structure, Design, & Aplications, Prentice‑Hall,Inc,A
Division of Simon & Schuster Englewood Cliffs, p.443.
Robbins, Stephen P (1995:489), Organization Theory: Struktur,
Desain, dan Aplikasi, (Alih Bahasa: Yusuf Udaya) , Penerbit Arcan,
Jakarta. ed., Prentice‑Hall.,h.488-491.
Robbins,
Stephen P.,1996, Organization Theory : Struktur, Desain, dan Aplikasi, (Alih Bahasa: Yusuf Udaya) , Penerbit Arcan,
Jakarta. ed.,
Prentice‑Hall.,hh.483.
Robbins,
Stephen P., 2001, “Organizational
Behavior”,
San Diego University, Prentice-Hall Inc, Upper Saddle River, New Jersey, p. 51.
Robbins,
Stephen P,2003, “Organizational
Behavior”, San Diego University,
Prentice-Hall, Inc, Upper Saddle River, New Jersey, Ed.Indonesia, Pok GRAMEDIA,
h. 224.
Setiati A.
Dian , 2002, Strategi Organisasi : Perbedaan Produktivitas dan Komitmen Organisasional,Teori Motivasi
Abraham Maslow, Amara Books, Cet.I, h.157.
Sharma,
Neeru, Paul G. Patter
Suliman,
Abubakar, M, 2000, copy: Schuster (1998),The
Multi-Dimensional Nature of Organizational Commitment in a Non-Western Context, Journal of Management
Development, Vol 19, No.1, hal.71-82.
Sulthan,
Fareena, 2000, International
Service Variants: Airline Passenger Expectations and Perseptions of Service
Quality, Journal of Services Marketing, Vol.14, No.3, hal.
188-216.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar Anda..